10 Soal Isian
1. Kaidah bahasa dalam penulisan akademik mencakup tata bahasa, ejaan, diksi, dan gaya bahasa.
2. Kalimat efektif harus memiliki lima ciri utama, yaitu kehematan, kepaduan, kejelasan, kesatuan, dan logika.
3. Struktur dasar kalimat Bahasa Indonesia yang digunakan dalam teks akademik dikenal dengan istilah SPOK (Subjek–Predikat–Objek–Pelengkap–Keterangan).
4. Contoh kata serapan dari bahasa Inggris yang telah disesuaikan secara fonologis adalah komputer (dari computer).
5. Dalam teks akademik, penggunaan kata ganti seperti “saya” sebaiknya dihindari dan diganti dengan kata penulis atau kami.
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan edisi kelima dikenal dengan singkatan EYD V.
7. Huruf miring dalam penulisan akademik digunakan untuk menuliskan judul karya dan istilah asing yang belum diserap.
8. Kesalahan struktur paralel dalam kalimat dapat menyebabkan ambiguitas makna dan menurunkan kualitas tulisan.
9. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk membantu revisi bahasa ilmiah adalah Grammarly.
10. Menurut modul, revisi bahasa ilmiah merupakan bagian dari proses akademik yang berkelanjutan.
5 soal esai
1. Mengapa penggunaan kaidah bahasa yang tepat dalam teks akademik dianggap sebagai indikator profesionalisme dan integritas ilmiah seorang penulis?
Penggunaan kaidah bahasa yang tepat menunjukkan kemampuan penulis untuk berpikir logis, sistematis, dan bertanggung jawab terhadap gagasannya. Bahasa yang sesuai kaidah mencerminkan ketelitian, keseriusan, serta penghormatan terhadap pembaca dan komunitas ilmiah. Sebaliknya, kesalahan dalam tata bahasa, ejaan, atau diksi dapat menurunkan kredibilitas tulisan dan menciptakan kesan kurang profesional. Oleh karena itu, kepatuhan terhadap kaidah bahasa menjadi indikator integritas ilmiah seorang penulis.
2. Uraikan lima ciri kalimat efektif dalam penulisan akademik dan berikan masing-masing satu contoh kalimat yang sesuai.
-
Kehematan: Menghindari kata yang tidak perlu.
Contoh: “Mahasiswa sedang belajar di kelas.” -
Kepaduan: Unsur kalimat saling berkaitan.
Contoh: “Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor penyebab banjir.” -
Kejelasan: Tidak menimbulkan tafsir ganda.
Contoh: “Peneliti mewawancarai kepala sekolah dan guru secara terpisah.” -
Kesatuan: Memiliki satu pokok pikiran.
Contoh: “Sistem pendidikan harus menyesuaikan perkembangan teknologi.” -
Logika: Hubungan antarunsur kalimat masuk akal.
Contoh: “Mahasiswa hadir untuk mengikuti kuliah, bukan untuk bermain.”
3.Bandingkan peran huruf kapital dan huruf miring dalam penulisan akademik menurut EYD V. Sertakan contoh penggunaannya dalam kalimat.
Huruf kapital digunakan untuk menandai awal kalimat, nama orang, gelar kehormatan, bangsa, dan hari besar, misalnya: Mahasiswa Universitas Indonesia mengikuti Seminar Nasional Bahasa.
Sementara itu, huruf miring digunakan untuk menuliskan judul karya, istilah asing, atau penekanan kata tertentu, contohnya: Konsep zeitgeist digunakan dalam kajian budaya kontemporer. Dengan demikian, huruf kapital berfungsi menegaskan identitas formal, sedangkan huruf miring menandai unsur nonbaku atau penegasan dalam teks.
4. Mengapa revisi bahasa ilmiah penting dilakukan sebelum naskah dipublikasikan? Jelaskan langkah-langkah self-editing yang dapat dilakukan oleh mahasiswa.
Revisi bahasa penting karena memastikan naskah bebas dari kesalahan gramatika, ejaan, dan diksi yang dapat mengaburkan makna atau menurunkan kualitas akademik. Revisi juga meningkatkan kejelasan, koherensi, dan profesionalitas tulisan. Langkah self-editing yang dapat dilakukan mahasiswa antara lain:
-
Membaca ulang naskah dengan fokus pada struktur kalimat.
-
Memeriksa ejaan, kapitalisasi, dan tanda baca sesuai EYD V.
-
Mengevaluasi ketepatan diksi dan konsistensi gaya bahasa.
-
Menggunakan alat bantu seperti Grammarly atau korektor daring.
-
Meminta umpan balik dari dosen atau sejawat sebelum pengumpulan.
5. Dalam konteks penulisan akademik, bagaimana pemilihan diksi dan gaya bahasa dapat memengaruhi persepsi pembaca terhadap kredibilitas tulisan?
Pemilihan diksi yang tepat dan gaya bahasa yang formal mencerminkan ketelitian serta kompetensi ilmiah penulis. Diksi yang sesuai konteks akademik memperjelas pesan dan memperkuat argumen, sedangkan gaya bahasa yang objektif menjaga netralitas dan menghindari bias emosional. Sebaliknya, penggunaan kata informal, ambigu, atau tidak baku dapat menimbulkan kesan tidak profesional dan mengurangi kepercayaan pembaca terhadap isi tulisan. Oleh karena itu, diksi dan gaya bahasa berperan penting dalam membangun kredibilitas dan otoritas akademik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar